Wednesday, April 27, 2022

3 Hewan endemik kalimantan yang langka dan dilindungi negara

 


Kalimantan
adalah daerah di Indonesia yang mempunyai teritori rimba hujan tropis yang luas. Tempat itu jadi lingkungan yang pas untuk banyak tipe fauna hidup, terhitung beberapa salah satunya ialah hewan epidemik.

Ini kali, rekan-rekan akan dibawa mengenali tiga fauna endemik ciri khas Kalimantan.

Tiga fauna itu ialah beruang madu, bekantan, dan burung raja-udang kalung-biru yang dilindungi karena sangat jarang.

Berikut akan diterangkan ciri-ciri dan beberapa hal menarik mengenai tiga fauna endemik ini.

1. Beruang madu



Beruang madu (Helarctos malayanus) ialah spesies beruang paling kecil di dunia dan salah satunya yang sedikitnya didalami. Mereka menempati rimba tropis Asia Tenggara, dimulai dari ujung timur India, Bangladesh, lewat Burma, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia dan beberapa pulau Sumatra dan Kalimantan.

Sejauh capaian mereka, beruang madu sedang terancam oleh penghancuran habitat, kebakaran rimba bertaraf besar, pemburuan untuk empedu dan anggota badan lain dan perdagangan hewan piaraan ilegal. Teror khusus untuk populasi beruang madu liar di Indonesia ialah lenyapnya habitat. Ini pada gilirannya memunculkan perselisihan di antara manusia dan beruang hingga beruang didorong keluar habitat alami mereka dan terkadang masuk ke kebun dan makan tanaman.

Beruang madu sudah dilindungi di Indonesia semenjak 1973. Ini ialah ilegal untuk diperjualbelikan atau mempunyai beruang madu dan beberapa bagian badannya. Walau pelindungan hukumnya yang lumayan bagus di atas kertas, pada hakekatnya penegakan hukum di Indonesia masih kurang kuat dalam realisasinya. Hal ini berlaku untuk banyak spesies sangat jarang dan terancam musnah yang lain seperti orangutan, bekantan, dan macan tutul. Hutan-hutan Dipterocarpaceae daratan rendah Kalimantan benar-benar kaya keberagaman hayati. Sayang, rimba ini cepat dihancurkan oleh penebangan pohon yang terlalu berlebih, alterasi jadi perkebunan kelapa sawit, dan kebakaran rimba. Tanah longsor, erosi, kekeringan lokal dan banjir, yang bertambah frekwensinya karena eksplorasi yang terlalu berlebih dan penghancuran.

Di tahun 1997, Gabriella Fredriksson mengawali riset periode panjangnya pada beruang madu di Rimba Lindung Sungai Wain. Rimba, berada dengan batasan-batas Balikpapan, sebagai rumah untuk sekitaran 50-100 beruang madu liar. Riset Gabriella dan usaha pelestariannya yang hasilkan publikasi dan perhatian yang terpusat pada beruang madu. Di tahun 2002, Balikpapan, salah satunya kota paling besar di Kalimantan-Indonesia, mengusung beruang madu sebagai maskot resminya.

2. Bekantan



Salah satunya kekayaan keberagaman hayati Kalimantan ialah bekantan atau Nasalis Larvatus. Sekarang ini populasi bekantan sangat mencemaskan, diprediksi cuma 20 beberapa ribu di Pulau Borneo, Sabah, Brunei, dan Serawak.

Spesies primata satu ini ialah primata sangat jarang dan epidemik Kalimantan. Sekarang ini IUCN Redlist mengategorikan hewan ini dalam status pelestarian "Terancam" (Endangered). Satwa ini jadi maskot (fauna identitas) propinsi Kalimantan Selatan berdasar SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990.

Banyak panggilan nama yang dipunyai bekantan dari beragam wilayah dan negara. Orang Inggris mengatakan Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di Malaysia dinamai Kera Bekantan, Bangkatan untuk Bruney, dan Neusaap di Belanda. Orang Kalimantan sendiri memberi beberapa nama untuk sang kera seksi satu ini ibarat Kera Belanda, Pika, Bahara Bentang, Raseng, dan Kahau.

Keunikan yang paling menonjol selainnya mempunyai hidung besar, rupanya punyai ketidaksamaan fisik di antara betina dan jantan. Untuk bekantan jantan hidung yang dipunyai semakin besar dibanding yang betina tetapi hidung betina tidak sekecil monyet. Hidung bekantan jantan demikian besar yang kelihatan menggantung di atas mulut. Jika ingin makan sang jantan ini harus menggerakkan hidungnya keluar mulut agar menempatkan makanan ke mulut mereka.

Disamping itu, bekantan pintar mainkan gestur dalam beragam keadaan, seperti saat geram dan senang karena itu hidung mereka akan membesar dan berbeda merah. Jika pada kondisi bahaya bekantan akan keluarkan suara serupa klakson mobil yang keras seperti peringatan dan hidung mereka akan mencolok lempeng. Untuk bekantan hidung mempunyai peranan sebagai resonator saat bekantan bernada.

Perut besar yang dipunyai bekantan membuat mekanisme pencernaan mereka dapat makan daun sebagai suplai makanan khusus mereka. Dalam perut ada beberapa bagian sarat dengan bakteri yang mengolah selulosa. Bakteri ini menolong mengolah daun dan menetralisir toksin dalam daun tertentu. Besar perut bekantan seperempat dari berat tubuhnya, hingga tidaklah aneh jika bekantan kelihatan hamil tetap.

Tinggi bekantan jantan 2 sampai 2,5 kaki (66-72 cm), dan beratnya 16-23 kg, sementara betina 1,7-2 kaki (53-61 cm) panjang dan beratnya cuma 7-11 kg. Ekornya sama panjang dengan tubuh bekantan. Hewan ini dikenal juga sebagai hewan yang suka hidup bergerombol 12-27 ekor, ada pula yang mempunyai anggota 60 sampai 80 jantan dan betina. Kelompok-kelompok bekantan tidak banyak memiliki susunan untuk jenjangnya. Mekanisme sosial bekantan mempunyai dua tingkat, satu barisan yang anggotanya jantan semuanya yang terbagi dalam

anak, remaja dan jantan dewasa. Jantan remaja akan tinggalkan barisan pada usia sekitaran 18 bulan, dan tergabung dengan barisan yang semua anggotanya jantan.

Bulu-bulu bekantan coklat kemerahan di punggung dan pundak, sampai di sisi tengah. Dada mereka warna krem, kerah krem leher dan pinggang sampai bokong dan ekornya. Lengan dan kaki bekantan yang panjang dengan kulit tangan dan kaki abu-abu. Warna oranye semakin menarik perhatian dengan tutupi beberapa pundak dan ada seperti topi bulu-bulu merah gelap tutupi kepala bekantan.

Tidak itu saja kekhasan yang dipunyai bekantan. Mukanya unik karena warna merah-daging dengan mata kecil cokelat yang pintar. Telinganya kecil dan lempeng ke atas kepala mereka. Kekhasan bekantan ini, membuat bekantan kerap jadi maskot oleh pemerintahan dan swasta, seperti pada Asian Game, Dunia Fantasi, dan maskot propinsi Kalimantan Selatan. Ini tidak terlepas dari banyak faksi supaya kita melestarikan bekantan yang sekarang ini nyaris musnah.

Bekantan melahirkan satu bayi pada sebuah musim. Masa kehamilan mereka ialah sekitaran 166 hari. Umumnya mereka melahirkan bayi saat malam hari dan bayi yang baru lahir mempunyai muka biru dan bulu-bulu nyaris hitam yang jarang. Di umur 3 sampai empat bulan terjadi peralihan warna pada anak bekantan, semuanya mengisyaratkan mereka telah dewasa.

Beberapa betina sama-sama bekerja bersama, di mana mereka sama-sama jaga dan menyusui anak-anak bekantan lain. Bayi ini baru dapat terlepas dari si ibu sesudah setahun, ketika si ibu telah mempunyai bayi yang lain. Bekantan jantan akan capai kematangan seksual pada sekitaran 4-5 tahun dan betina dalam 4 tahun. Waktu itu umur mereka sekitaran 20 tahun.

Bekantan masuk ke keluarga spesies Genus Nasalis yang mempunyai dua subspecies Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis.Untuk Nasalis larvatus larvatus tinggal nyaris di semua sisi pulau Kalimantan, dan Nasalis larvatus orientalis diam pada bagian timur laut dari Pulau Kalimantan. Bekantan dikenali sebagai hewan yang susah diamankan, lebih suka tingggal di rimba kombinasi, rimba bakau, rimba mangrove, rimba daratan rendah dekat air tawar, dan sungai.

Hewan ini cenderung pilih istirahat dan tidur di rimba tidak jauh dari saluran air. Mereka umumnya menghindar beberapa daerah terbuka dan permukiman manusia. Bekantan umumnya tidak bergerak lebih jauh dari 1.969 kaki (600 m) dari sungai atau perairan. Bekantan dikenali sebagai perenang terbaik, tapi berenang jika dibutuhkan saja.

Di tahun 1994, populasi bekantan di Kalimantan ditaksir beberapa 114.000 ekor (Bismark, 2002). Tetapi pada simposium PHVA bekantan tahun 2004, populasi bekantan ditaksir tinggal 25.000 ekor, dan yang ada di teritori pelestariannya 5.000 ekor. (K-RG)

3. Burung raja-udang kalung-biru



Burung Raja-udang kalung-biru (Alcedo euryzona) menjadi satu diantara burung sangat jarang sekalian burung dilindungi di Indonesia. Burung yang dinamakan sebagai Blue-banded Kingfisher ini sebagai burung pemakan ikan dari kerabat Alcedinidae.

Raja-udang kalung biru, biasa dicatat dengan Rajaudang kalung-biru, dengan bahasa Inggris dikenali sebagai Blue-banded Kingfisher atau Javan Blue-banded Kingfisher. Nama latin hewan ini ialah Alcedo euryzona Temminck yang memiliki dua subspesies yakni Alcedo euryzona euryzona dan Alcedo euryzona peninsulae. Tetapi oleh Sibley and Monroe (1990, 1993) seperti sudah diyakini IUCN ke-2 nya dibagi jadi dua spesies tersediri yakni Alcedo euryzona (Javan Blue-banded Kingfisher) dan Alcedo peninsulae (Malay Blue-banded Kingfisher).

Burung sangat jarang ini memiliki ukuran sedang dengan panjang badan sekitaran 18 cm. Bulu-bulunya warna biru tua dan putih. Bulu-bulu pada mahkota, segi kepala, dan sayap warna hitam kebiruan gelap. Mempunyai garis dada, bulu-bulu punggung dan ekor warna biru muda. Tutup telinga, kerongkongan dan perut memiliki warna keputih-putihan, tersapu merah karat. Pada burung Raja-udang kalung biru betina memiliki perut dengan bulu jingga-merah karat dan kerongkongan krem. Irislah warna coklat, ke-2 paruh burung jantan warna hitam, sedang paruh betina sisi atas hitam dan paruh bawah warna kemerahan. Kaki merah jelas. Burung betina pada ras Kalimantan dan Sumatera (Alcedo euryzona peninsulae) mempunyai garis dada, dan ras Jawa (Alcedo euryzona euryzona) tidak memiliki.

Burung Raja-udang kalung-biru sebagai pemalu yang menempati wilayah disekitaran sungai berbatu pada rimba hujan tropis sampai rimba mangrove di ketinggian sampai 1250 mtr. dpl. Burung pemakan ikan, tetapi konsumsi bermacam serangga, reptil kecil dan udang-udangan disekitaran sungai. Dan suara burung ini nyaris serupa saudara dekatnya, Raja-udang Erasia.

Wilayah tebaran burung ini terbatas di pulau Jawa untuk subspesies Alcedo euryzona euryzona. Dan untuk subspesies Alcedo euryzona peninsulae dapat ditemui di Sumatera dan Kalimantan (Indonesia) dan di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Myanmar.

Populasi ras Jawa diprediksi sedikit pada range di antara 50-249 ekor burung dewasa. Bahkan juga berdasarkan catatan birdlife.org, sejak burung ini diketemukan pertama kalinya pada 1930, baru saja sekali ditemui kembali. Pertemuan itu terjadi di tahun 2009 lalu di Taman Nasional Gunung Halimun. Karenanya, IUCN Redlist yang semenjak 2014 mengelompokkannya sebagai spesies tertentu (Alcedo euryzona), memberi status Critically Endangered (Krisis).

Dan untuk subspesies Alcedo euryzona peninsulae, (IUCN Redlist mengklasifikannya sebagai spesies tertentu, Alcedo peninsulae) diprediksi memiliki populasi di antara 10.000 sampai 20.000 ekor burung dewasa. Dan IUCN Redlist, semenjak 2014 memasukkan sebagai spesies Near Threatened.

Di Indonesia burung Raja-udang kalung-biru terhitung salah satunya burung yang dilindungi berdasar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999.

Kategorisasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Aves. Ordo: Coraciiformes. Kerabat: Alcedinidae. Genus: Alcedo. Spesies: Alcedo euryzona.

Nach, itu lah tiga fauna endemik Kalimatan yang berstatu sangat jarang dan dilindungi.

0 comments:

Post a Comment