Friday, April 29, 2022

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) spesies yang langka di dunia


 Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) sebagai spesies yang langka di dunia. Kehadiran badak jawa di Indonesia cuma di TNUK dan teronsentrasi di Semenanjung Ujung Kulon.

Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) ialah anggota kerabat Rhinocerotidae dan satu dari 5 badak yang masih tetap ada. Badak ini masuk ke genus yang serupa dengan badak india dan mempunyai kulit bermosaik yang seperti pakaian baja. Badak ini mempunyai panjang 3,1-3,2 m dan tinggi 1,4-1,7 m.

Badak ini lebih kecil dibanding badak india serta lebih dekat dalam besar badan dengan badak hitam. Ukuran culanya umumnya semakin sedikit dibanding 20 cm, lebih kecil dibanding cula spesies badak yang lain.

Badak ini pernah menjadi satu diantara badak di Asia yang terbanyak menebar. Walau disebutkan "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di semua Nusantara, sejauh Asia Tenggara dan di India dan Tiongkok.

Spesies ini sekarang statusnya benar-benar krisis, dengan sedikit populasi yang diketemukan di alam bebas, dan tidak berada di kebun binatang. Badak ini peluang ialah mamalia paling langka di bumi.

Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas yang lain ada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan prediksi populasi tidak lebih dari delapan di tahun 2007.

Badak sebagai hewan yang pemalu, terhitung badak jawa. Oleh karena itu jarang-jarang sekali orang yang bisa menyaksikan badak langsung (terkecuali di kebun binatang).

POPULASI DAN PERSEBARAN



Badak jawa awalnya tempati wilayah penebaran yang lumayan luas di Asia Tenggara mencakup Teluk Benggala (India) sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaya, Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Populasi di Vietnam dipastikan musnah tahun 2010. Populasi badak jawa sekarang ini sudah terbatas, terpusat pada Taman Nasional Ujung Kulon semenjak 1930-an. Ukuran populasi konstan semenjak tidak ada data pemburuan yang terekam sepanjang 3 dasawarsa. Sekarang ini ada 67 pribadi (Press Release Balai TNUK tahun 2017) yang menyebar pada bagian selatan teritori Semenanjung Ujung Kulon, yakni beberapa daerah saluran sungai Cibandawoh, Cikeusik, Citadahan dan Cibunar. Wilayah tebaran itu sebagai wilayah daratan rendah, memilki sumber air dan mempunyai kecukupan pakan selama setahun, dan relatif kurang pada masalah manusia. Namun habitat badak di TNUK diprediksikan dekati batasan daya bantu dan populasi badak akan susah berkembang tanpa usaha pengendalian yang intens.

HABITAT



Badak jawa tempati habitat yang mempunyai persyaratan tertentu dari beberapa faktor seperti ketinggian, kelerengan, temperatur dan kelembapan udara, tersedianya air, kekuatan genangan, bungkusaman tanah, tersedianya garam mineral, tersedianya tumbuhan pakan, dan tingkat masalah manusia. Badak jawa menyenangi habitat rimba hujan daratan rendah dan rawa-rawa. Walau begitu, ada pula badak jawa yang diketemukan di ketinggian 600 m di permukaan laut, yakni di wilayah Gunung Honje, Taman Nasional Ujung Kulon. Badak jawa menyenangi keadaan habitat dengan rimba yang rimbun, wilayah semak dan perdu yang rapat, kurang menyenangi beberapa tempat yang terbuka, khususnya di siang hari.

Badak jawa lebih berdaptasi di lingkungan daratan rendah dibanding wilayah pegunungan, terutamanya jika mereka hidup simpratrik dengan badak sumatera. Tetapi, jika mereka tidak diketemukan bertepatan, karena itu badak jawa terkadang ditemui didaerah pegunungan.

PERILAKU



Badak jawa ialah satwa browser dan khususnya makan ranting dan tangkai kecil. Sesudah makan satu ataupun lebih tumbuhan pada sebuah titik, badak jawa akan berpindah ecara perlahan-lahan selanjutnya stop sebentar untuk makan kembali dari hari ke hari. Jalur perjalanan cari makannya bisa kelihatan oleh permudaan yang ambruk dan biasanya ke arah ke pakan awalnya. Badak jawa condong mengubah tipe pakan dari 1 ke yang lain dalam sekali perjalanan makan.
Defekasi badak jawa hasilkan kotoran berbentuk bolus berdiameter 7 - 20 cm sesuai kelas usia badak. Kotoran fresh warna kuning kecoklat-coklatan dengan berbau seperti kotoran kuda. Kotoran fresh kerap didatangi oleh lalat. Kadang kotoran seperti terbawa oleh babi yang mengharap mendapati serangga. Badak jawa umumnya buang kotoran di dua type lokasi yakni di air sungai yang mengucur, dan di pegunungan atau bukit, atau disebelah jalan khusus dan di penyeberangan.
Badak jawa umumnya buang urin saat berkubang dan saat jalan.

Ciri-Ciri Badak Jawa yang Unik



1. Badan Yang Unik


Wujud badan yang unik, tidak seperti umumnya hewan yang lain.

Badak Jawa bertubuh yang "kekar". Kaki yang relatif pendek dibanding dengan panjang dan tinggi badak. Jadikan badak tidak gampang dijatuhkan.

Walau berkaki pendek, badak bisa lari kuat sekitaran 50 km/jam. Kecepatan ini pasti berbeda jauh dengan kerbau yang mempunyai kecepatan sekitaran 30 km/jam. Walau sebenarnya berat kerbau lebih enteng (300 kg).

Karena wujud badan unik tersebut jadikan badak cuma bisa bekerja maju (walk foreward) dan mundur (walk back foreward).

Wujud badan bukan hanya sisi dari penyesuaian badak pada lingkungan.

Tapi juga berperan untuk menambahkan kemampuan saat lakukan gempuran memakai culanya.

2. Berkuku Ganjil


Badak terhitung mamalia berkuku ganjil.

Sedikit tipe mamalia yang masuk ke kelompok hewan berkuku ganjil atau umum disebutkan perissodactyla. Contoh hewan yang berkuku ganjil seperti tapir, kuda, zebra, kuda nil.

Kekhasan hewan berkuku ganjil yaitu mengolah selulosa tumbuh - tumbuhan pada bagian usus, tidak pada lambungnya. Wujud kotoran (feses) hasil dari pencernaan ini berwujud bola. Antiknya badak bukan dari keluarga kerbau atau banteng, tetapi malah masuk ke keluarga kuda.

3. Bercula Satu


Tidak seperti badak sumatra atau badak yang dari afrika, badak jawa malah masuk ke genus (kelompok) yang serupa dengan badak india.

Badak jawa dan badak india sama - sama mempunyai satu cula.

Namun badak jawa mempunyai cula yang lebih kecil sekitaran 25 cm yang umum disebutkan "cula melati". Dan untuk badak jawa betina cuma cula kecil berwujud tonjolan atau yang umum disebutkan "cula batok".

Peranan cula pada badak Jawa ini untuk perlindungan diri dari gempuran lawan, untuk merubuhkan pohon atau tunas sebagai makanannya, dan yang paling akhir untuk pertanda kemampuan badak dari badak yang lain terutamanya untuk badak jantan.

4. Mempunyai Kulit Warna Abu - abu


Pada badak Jawa dewasa, warna abu - abu jadi keunikan dari badak yang menempati taman nasional Ujung Kulon, Jawa Barat ini.

Tidak itu saja wujud kulit yang melipat rapi seakan - olah membuat tameng baja menambahkan keeksotisan badak.

Sedikit bulu-bulu atau mungkin tidak ada benar-benar dengan corak bintik di semua badan.

Tiap orang yang menyaksikan tentu secara mudah mengenal jika hewan itu ialah badak jawa.

Berlainan dengan badak Jawa yang dewasa, badak Jawa yang anak nyaris serupa dengan badak Sumatra, yaitu mayoritas badannya ada bulu-bulu lembut.

5. Mempunyai Bibir Lancip Sisi Atas


Badak mempunyai keunggulan dalam langkah raih makan. Tidak cuma dipunyai oleh badak jawa, tapi juga badak yang lain.

Bibir lancip keatas atau disebutkan belalai prehensil ini dipakai untuk raih makanan.

Untuk raih makanan juga badak mempunyai dua langkah. Pertama, dengan merubuhkan makanan yang semakin tinggi dari badannya (pohon, ranting). Ke-2 , dengan diambil jikamana tipe makanan berbentuk rambatan.

7 Fakta Badak Jawa Yang Belum Anda Ketahui



1. Dahulu Menyebar di Daerah yang Luas


Nama ilmiah badak jawa ialah Rhinoceros sondaicus; dari bahasa Yunani "rhino", yang memiliki arti "hidung" dan "ceros" yang memiliki arti "cula". Sondaicus diambil dari kata "Sunda," daerah Jawa sisi barat. memberikan indikasi serangkaian kepulauan Sunda Besar yang mencakup daerah kepulauan Indonesia pada bagian barat seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai kepulauan Sunda Kecil yakni Nusa Tenggara.

Di periode lalu, badak jawa dipercayai menyebar di Asia Tenggara, Sumatera sampai ke Jawa. Pribadi paling akhir yang berada di luar TNUK di Jawa ditembak mati oleh pemburu di Tasikmalaya di tahun 1934. Sekarang ini sampelnya bisa disaksikan di Museum Zoologi Bogor. Berikut salah satu sampel utuh badak jawa yang bisa disaksikan oleh pengunjung.

Sampai saat ini ada banyak beberapa nama wilayah di Jawa sisi barat yang namanya "badak" yang memberikan indikasi dulu ada badak di daerah itu.

2. Kulit dan Dogma di Sekitaran Cula Badak


Kulit badak jawa mempunyai seperti lipatan hingga terlihat seperti menggunakan tameng baja. Mempunyai rupa serupa dengan badak india tetapi badan dan kepalanya lebih kecil dalam jumlah lipatan semakin sedikit. Bibir atas lebih mencolok hingga dapat dipakai untuk raih makanan dan memasukannya ke mulut. Badak terhitung tipe pemalu dan soliter (penyendiri).

Badak jawa mempunyai satu cula (spesies lain mempunyai dua cula). Culanya ialah cula paling kecil dari semua badak, panjangnya di antara 20 cm sampai 27 cm. Badak jawa jarang-jarang memakai culanya untuk bertanding, tapi memakainya untuk mengalihkan lumpur di genangan, atau untuk menarik tanaman agar dikonsumsi dan buka jalan rintisan lewat vegetasi tebal.

Tidak ada hubungan di antara cula badak dengan dogma obat kuat. Cula badak dibuat berbahan keratin yang mengeras, sama dengan sundul atau kuku kerbau atau sapi.

3. Pengembangbiakannya Lamban


Sejak mulai beberapa tahun terakhir hasil sensus badak di Ujung Kulon memperlihatkan jumlah yang monoton. Beberapa hasil kamera trap memperlihatkan anak badak yang ketangkap camera bersama induk betinanya. Akan tetapi, tingkat reproduksi badak jawa termasuk lamban; betina melahirkan satu dalam jeda 4-5 tahun, sesudah periode kehamilan sepanjang 15 sampai 16 bulan. Apa lagi, badak jawa ialah spesies yang habiskan mayoritas waktunya dengan menyendiri. Umur rerata badak ini ialah di antara 40 tahun sampai 45 tahun.

Hasil pantauan badak Jawa tahun 2013 di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) lewat rekaman kamera pengaman diprediksi jumlah komunitasnya 58 pribadi.

4. Badak ialah Makhluk Herbivor


Badak jawa dewasa memiliki bobot 900 - 2300 kg , dan diprediksi makan 50 kg makanan setiap hari! Badak jawa ialah hewan herbivora dan makan berbagai macam spesies tumbuhan, khususnya tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Umumnya tumbuhan dicintai oleh spesies ini tumbuh di wilayah yang terserang cahaya matahari. Permasalahan paling besar yang berada di Ujung Kulon, beberapa pakan badak sama dengan banteng (Bos javanicus) yang mengakibatkan mereka harus bersaing memperoleh makanan.

Permasalahan lain ialah penyebaran palma agresif langkap (Arenga obtusifolia) semacam aren yang cepat berkembang biak di rimba rawa dan daratan rendah melalui biji yang ditebarkan oleh musang. Langkap sudah gantikan vegetasi yang disebut pakan badak. Diprediksi langkap sudah menginvasi 30 % dari luas semenanjung Ujung Kulon. Sampai sekarang ini tidak ada langkah efisien untuk menahan perubahan langkap.

5. Tidak Mempunyai Predator


Terkecuali pemburu, karena itu dengan alami badak jawa tidak mempunyai predator. Badak jawa dewasa tidak mempunyai hewan pemangsa sebagai lawan. Badak jawa umumnya menghindar manusia, tapi bisa balik serang bila terasa terusik. Karena karakternya yang soliter hidup di rimba tropis yang lebat dan kelangkaannya, riset mengenai badak jawa kurang dibanding dengan satwa lain. Periset memakai camera dan contoh kotoran untuk menghitung kesehatan dan perilaku mereka.

Badak jawa sendiri mempunyai indera pendengaran dan penciuman yang tajam, tetapi indera pandangan yang cuma mempunyai jarak pandang terbatas. Satwa ini seringkali jadi agresif bila berjumpa dengan manusia di rimba.

6. Teror Lain Di luar Pemburuan


Dalam beberapa dasawarsa paling akhir di Ujung Kulon, karena penyadaran ke warga dan publikasi, tidak ada pemburuan badak. Tapi tidak berarti badak jawa sudah aman di komunitasnya. Taman Nasional di samping timur bersebelahan dengan perkampungan warga yang biasanya memiara ternak. Dengan mode pelepasanliaran kerbau punya warga untuk cari makan, ini akan mengakibatkan kekuatan penebaran dan penyebaran penyakit dari hewan ternak ke satwa liar jadi tinggi.

Salah satunya penyakit hewan yang sangat membahayakan ialah anthrax yang gampang menyebar di kelompok hewan ternak. Sekarang ini faksi kewenangan ditolong kelompok aktivis coba memberi tingkat penyadaran ke warga yang tinggal di sekitar taman nasional, sekalian cari jalan keluar untuk kenaikan kesejahteraan warga.

7. Wawasan Habitat Ke-2


Habitat tunggal badak jawa di TNUK benar-benar rawan pada beragam dampak factor masalah manusia atau alam. Factor alam yang paling diakui ialah erupsi vulkanik gunung Krakatau seperti yang sempat terjadi tahun 1883 di Selat Sunda, atau bila terjadi imbas tsunami.

Sekarang ini sedang disiapkan habitat ke-2 untuk badak jawa karena daya bantu TNUK pada populasi badak sekarang ini dipandang telah optimal. Riset awalnya WWF mengenali habitat yang pas, aman dan relatif dekat ialah TN Halimun Salak. Bila habitat ke-2 sudah dipandang pas dan baik, beberapa periset dan aktivis mengharap badak yang sehat, baik dan penuhi persyaratan dari Ujung Kulon bisa dipindah ke daerah yang baru.

0 comments:

Post a Comment