Tidak seperti monyet yang lain, primata yang ini punyai keunikan yang unik di mukanya. Yakni hidungnya yang panjang. Bekantan, demikianlah namanya. Sang hidung panjang ini sebagai satwa epidemik dari Pulau Kalimantan.
Walau dikenali sebagai sang monyet berhidung panjang, tetapi kenyataannya tidak semua tipe bekantan mempunyai hidung yang panjang. Hidung panjang dan besar pada hewan bernama latin Navalis larvatus ini cuma dipunyai oleh spesies jantan.
Hewan yang kerap disebutkan Kera Belanda, Pika, Bahara, Bentang, Raseng dan Kahau ini hidup secara bergerombol. Masing-masing barisan dipegang oleh satu ekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Umumnya pada sebuah barisan sejumlah sekitaran 10 sampai 30 ekor.
Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) masih bisa ditemui di sejumlah lokasi diantaranya di Suaka Margasatwa (SM) Pleihari Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar Alam (CA) Pulau Terkejut, CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. ada di tepian Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.
Bekantan sekarang ini kehadirannya mulai hampir musnah. Karena komunitasnya hancur atau terusik karena ramainya pindah peranan tempat dan kerusakan rimba. Ramainya pemburuan ilegal menjadi satu diantara factor menyusutnya populasi Bekantan.
Berdasar Redlist IUCN (the International Union for Conservation of Nature and Alami Sumber), Bekantan terhitung dalam kelompok Darurat (Endangered). Bekantan termasuk juga primata yang tercatat dalam Appendix I dari CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang memiliki arti jangan diperjualbelikan.
0 comments:
Post a Comment