Monday, May 9, 2022

Mengenal Elang Flores, Burung Pemangsa Yang Terancam Punah Karena Diburu

 

elang flores, elang flores dilindungi, elang flores populasi, ciri2 elang flores, habitat elang flores

Nama Elang Flores nyaris tidak dikenali oleh mayoritas warga Flores secara umum. Cuma sedikit orang yang disebutkan periset, atau pemandu rekreasi alam yang ketahui kehadiran Elang Flores di dataran Flores. Di sejumlah tempat elang Flores dikatakan sebagai burung Rajawali yang membandingkan jenis elang ini dengan jenis elang yang lain.


Nisaetus floris atau elang Flores ialah jenis burung pemangsa yang dari kerabat Accipitridae. Dia dipandang seperti "key species" karena peranannya dalam jaga kesetimbangan ekosistem sekitaran.


Hewan bergenus Nisaetus ini sempat pakar kira berkerabat dengan ras Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus). Walau seterusnya dijumpai, jika ke-2 nya mempunyai morfologi yang cukup berlainan.


Elang flores sebagai jenis pemangsa yang menyebar di Pulau Lombok, Sumbawa, dan pulau kecil Satonda dan Rinca, dan tentu saja Pulau Flores, dan secara umum di daerah kepulauan Nusa Tenggara. Sekarang ini populasi burung pemangsa ini benar-benar terbatas sekitar di antara 100-240 pribadi dewasa (Rosary, 2019). Status populasi satwa ini menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) terhitung krisis (Critically Endangered/CR) atau satu cara ke arah kemusnahan di alam.


Sifat dan Ciri-Ciri Burung Elang Flores


Elang Flores

Spesies N. floris termasuk sebagai burung memiliki ukuran besar. Mereka bisa tumbuh sejauh 71 - 82 cm dengan keunikan kepala warna putih, dan garis-garis cokelat pada bagian mahkotanya.


Badan sisi atas elang Flores umumnya memiliki warna cokelat kehitaman. Dada dan perut mereka terlihat warna putih, dengan corak garis tipis (seperti palang) warna cokelat kemerahan.


Sisi ekornya mempunyai enam garis gelap warna cokelat, sedang sisi kakinya warna putih jelas. Saat umur remaja, kepala burung ini kelihatan lebih pucat dibanding pribadi dewasa.


Walau begitu, tidak ada ketidaksamaan berarti di antara jenis burung jantan dan betina. Bila kita pelajari lebih jauh, ke-2 nya malah terlihat cukup serupa dengan elang brontok muda.


Elang Flores makan temanan burung, kadal, ular dan mamalia kecil yang lain. Karena komunitasnya makin terkikis, dia sering memakan hewan piaraan masyarakat hingga dipandang hama.


Penyebaran, Habitat dan Rutinitas Nisaetus floris


Elang Flores

Menyaksikan peta persebarannya, Nisaetus floris cuma dapat kita dapatkan di beberapa daerah timur Indonesia. Mereka menebar dimulai dari Pulau Flores, Pulau Sumbawa sampai Pulau Lombok.


Berdasar sebagian sumber, burung elang Flores sempat diketemukan di daerah Palu dan Pulau Komodo. Tetapi, kebenaran atas info itu tidak bisa pakar validasi sampai sekarang ini.


Pada intinya, ahli yakin jika habitat asli mereka ada di rimba hujan daratan rendah. Walaupun pada riset yang lain, ditemui juga spesies N. Floris di tempat rimba dekat kaki gunung.


Habitat pegunungan burung ini dipercayai sampai 1.000 m di permukaan laut. Dia terbang di dekat tempat rimba utuh atau semi utuh, dan di sejauh segi lereng gunung dan di atas kanopi rimba.


Fauna berordo Accipitriformes ini seringkali kelihatan sendirian atau berpasangan. Mereka menempati di ranting pohon untuk istirahat, sekalian memperlihatkan keelokan mahkotanya.


Penebaran Elang Flores


Elang Flores

Elang flores terhitung salah satunya jenis burung epidemik Indonesia yang bisa ditemui di wilayah timur terutamanya di pulau Flores, Sumbawa, dan Lombok (di tepian Taman Nasional Rinjani) dan di dua pulau Satonda di dekat Sumbawa dan Rinca di dekat Komodo. Catatan dari Paloe dan Komodo belum diverifikasi.


Makanan Elang Flores


Elang Flores

Di teritori dekat permukiman, mempunyai rutinitas memakan ayam piaraan yang mengakibatkan burung pemangsa ini kerap dicari oleh petani karena dipandang seperti hama. Makan burung, kadal, ular dan mamalia kecil.


Populasi Elang Flores


Elang Flores

Dari study lapangan mengenai Elang Flores ini, Gjershaug et al. (2004) mengaitkan jika populasi spesies ini sekitaran kurang dari 100 pasang, berdasar perkiraan ukuran daerah mereka sepanjang 40 km².


Raharjaningtrah dan Rahman (2004) secara mandiri memprediksi populasi pada 73 sampai 75 pasangan, berdasar ekstrapolasi mereka dari prediksi ukuran jelajahi rumah 38,5 km² (n = 3). Atas dasar itu, beberapa periset mengaitkan jika kemungkinan ada 10 pasang di Lombok, 38 pasang di Sumbawa, dan 27 pasang di Flores.


Musim Kawin Elang Flores

Elang Flores

Verheijen (1964) menulis sarang aktif di Flores Barat di bulan Maret (1), April (2), Mei (1), dan Agustus (1), tapi tidak memberi perincian selanjutnya. Penerbangan monitor dan sanggahma dilihat di Flores di bulan Juni dan Juli 2003 oleh J.-M. Thiollay (in litt. To Gjershaug et al. 2004), memperlihatkan jika pembiakan berjalan sepanjang musim kemarau.


Gjershaug et al. (op cit.) dikasih tahu oleh warga dusun di Mbeliling, Flores jika sebuah pohon besar yang ditebang di bulan Agustus berisi sarang dengan sarang elang yang besar (kemungkinan dari spesies ini), memberikan indikasi pengembangbiakan sepanjang musim kemarau. Sarang dan telur tidak disebut.


Kenapa Elang Flores Terancam Musnah?


elang flores, elang flores dilindungi, elang flores populasi, ciri2 elang flores, habitat elang flores

Mengarah situs Direktorat Jenderal Pelestarian Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), populasi elang Flores sekarang ini diprediksikan sekitar 100 - 200 pribadi atau mungkin kurang dari 100 pasang saja.


Sedang berdasar ekstrapolasi dari range daerah jelajahinya (sekitaran 38,5 km2), peluang ada 10 pasang N. floris di Pulau Lombok, 38 pasang di Sumbawa, dan 27 pasang di Pulau Flores.


Harus dipahami, secara nasional elang sejenis ini sebenarnya terhitung dalam satwa diproteksi oleh negara. Hal tersebut telah sesuai PP No. 7/1999 mengenai Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.


Terancamnya populasi elang Flores sebetulnya tidak jauh dari tingkah manusia. Selainnya dicari karena dipandang hama, masifnya kegiatan perambahan rimba membuat habitat mereka semakin terkikis.


Walau sebenarnya untuk beberapa masyarakat lokal, burung yang dikenali bernama Ntangis, Toem atau Empo ini dipandang suci karena terkait kuat dengan kebudayaan dan adat-istiadat di tempat.


Untuk warga Suku Manggarai pada bagian barat Flores misalkan, toem diberlakukan secara pantas, jangan diamankan, dibunuh atau disiksa, karena dipandang seperti nenek moyangnya manusia.


Elang Flores, Salah Satu Spesies Pemangsa Paling Terancam


Elang Flores

Dari sekitaran 71 jenis burung pemangsa yang berada di Indonesia, cuma dua jenis yang masuk ke kelompok terancam musnah atau endangered, menurut Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), yakni elang Jawa dan elang Flores.


Seperti jenis burung pemangsa lain, elang yang badan sisi bawahnya warna putih ini menyenangi rimba daratan rendah dan submontana sampai ketinggian 1.000 mtr. di permukaan laut (m dpl). Tehnik memakannya yang gampang kelihatan ialah memburu dari tenggeran dan terbang mengangkasa manfaatkan saluran udara panas (thermal soaring).


Di Indonesia, beberapa jenis Nisaetus yang kita mengenal selainnya elang flores ialah elang Jawa (Nisaetus bartelsi), elang Wallace (Nisaetus nanus), elang brontok, elang gunung (Nisaetus alboniger), dan elang Sulawesi (Nisaetus lanceolatus).


Jumlah komunitasnya sekarang ini diprediksi di antara 100 sampai 240 pribadi dewasa. Kecondongan komunitasnya yang tetap turun membuat Tubuh Pelestarian Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) memutuskannya sebagai jenis Krisis (Critically Endangered/CR).






0 comments:

Post a Comment