Sunday, April 24, 2022

Mengenal Gajah Sumatra, Elephas Maximus Sumatranus, Gajah Asli Indonesia Yang Nyaris Punah

 


Gajah Sumatr
a mempunyai nama latin Elephas maximus sumatranus. Gajah ini sebagai hewan asli Indonesia yang berhabitat di rimba di Sumatra dan Kalimantan. Tetapi, mayoritas komunitas gajah Sumatra ada di luar rimba yang diproteksi.

Berat gajah Sumatra dewasa ialah sekitaran 5 ton, dengan tinggi tubuh capai 2,7 mtr.. Ini sebagai gajah subspesies paling kecil di Asia. Gajah Sumatra mempunyai warna yang bervariatif, diantaranya warna coklat, abu-abu, dan hitam. Gajah Sumatra dapat hidup 55 sampai 70 tahun.

Gajah Sumatra makan rerumputan dan buah-buahan. Dalam satu hari, gajah Sumatra dapat makan sampai 136 kg. Feses gajah Sumatra dalam satu hari dapat capai 50 kg.

Gajah Sumatra sebagai hewan yang paling pandai dan mempunyai daya ingat yang baik sekali. Hewan besar ini perlu tempat hidup yang luas dan semakin banyak tinggal di daratan rendah.

Habitat Gajah Sumatera bisa diketemukan di sejumlah type rimba, yakni rimba rawa, rimba gambut, rimba hujan daratan rendah dan rimba hujan pegunungan rendah dan menyebar di tujuh propinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.

Lewat cara natural gajah memerlukan area yang luas untuk cari makan dan penuhi tuntutan hidupnya. Gajah termasuk sebagai satwa yang paling selective saat menentukan habitat untuk memenuhi keperluan makan. Untuk menghindar panas matahari gajah selalu menimbang lokasi yang maksimal, yakni cari makan dan habiskan waktu di rimba primer (terlindung) di siang hari dan keluar rimba bukaan (rimba sekunder) di saat panas matahari sudah menyusut.

Beberapa ciri gajah sumatera



Gajah sumatera mempunyai keunikan tertentu, terlebih jika dilihat dari wujud fisiknya. Beberapa ciri gajah sumatera pada umumnya ialah seperti berikut:
 

  1. Berat gajah sumatera sekitaran 3-5 ton dengan tinggi 2-3 mtr..9
  2. Kulitnya kelihatan lebih jelas dibandingkan gajah Asia lain dan di bagian kupingnya kerap kelihatan depigmentasi, seperti terlihat bercak putih kemerahan.
  3. Cuma gajah jantan yang mempunyai gading yang panjang. Pada betina, kalaulah ada gadingnya pendek nyaris tidak terlihat. Berlainan dengan gajah Afrika di mana jantan dan betina sama punyai gading. 
  4. Ciri-ciri menonjol yang lain ada di sisi atas kepala. Gajah sumatera mempunyai dua benjolan dan gajah Afrika condong datar. 
  5. Kuping gajah sumatera lebih kecil dan berwujud segitiga dan gajah Afrika kupingnya besar dan berwujud kotak.10
  6. Gajah sumatera mempunyai 5 kuku di kaki sisi depan dan 4 kuku di kaki belakang.



Gajah sumatera hidup di hutan-hutan daratan rendah di bawah 300 mtr. dpl. Tetapi juga kerap diketemukan memasuki ke daratan yang semakin tinggi. Tipe rimba yang dicintainya ialah teritori rawa dan rimba gambut. Komunitasnya menyebar di 7 provinsi mencakup Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.11

Di tahun 2007 komunitas gajah sumatera di alam liar diprediksi sekitaran 2400-2800 ekor. Turun setengahnya dibandingkan tahun 1985 sekitaran 4800 ekor. Sekarang ini banyaknya terus diprediksi alami penyusutan. Karena habitat hidupnya terus menyempit. Terhitung 25 tahun akhir, Pulau Sumatera sudah kehilangan 70% luas rimba tropis sebagai habitat gajah.12

Gajah terhitung binatang nokturnal yang aktif pada malam hari. Hewan ini cuma memerlukan jam tidur sepanjang 4 jam setiap hari dan terus bergerak sepanjang 16 jam untuk menelusuri dan cari makanan. Bekasnya dipakai untuk berkubang dan bermain. Gerakan gajah dalam satu hari dapat capai area selebar 20 km2. Baiknya keperluan luas area untuk habitat gajah liar minimum 250 km2 berbentuk bentangan rimba yang tidak terputus.13
 

Makanan Gajah Sumatera



Gajah Sumatera termasuk satwa hampir musnah (endangered) dalam Red Daftar Data Book IUCN (International Union for Conservation of Nature and Alami Sumber ). Satwa ini sebagai herbivora paling besar di Sumatera dengan makanan intinya, yakni sisi tumbuhan berkeping tunggal yang lunak, mencakup rerumputan, daun, ranting, umbi-umbian dan terkadang buah-buahan.

Minimal ada 69 spesies tumbuhan yang dapat menjadi pakan gajah. Tumbuhan itu terbagi dalam 29 barisan rerumputan dan 40 barisan tanaman non rumput. Gajah sumatera dijumpai lebih menyenangi rerumputan.

Efesiensi mekanisme pencernaan gajah buruk sekali. Hewan ini dapat buang fesesnya tiap satu jam sekali. Tidak bingung jika dalam satu hari gajah Sumatera membutuhkan makanan sampai 230 kg atau sama dengan 5-10% dari berat badannya.

Dan untuk minum diperlukan 160 liter air tiap hari. Pada musim kemarau gajah Sumatera dapat mengeruk air di dasar sungai yang jadi kering sampai kedalaman satu mtr..

Sikap reproduksi


Gajah jantan mempunyai masa musth, yakni periode produksi hormon testosteon. Musth mengisyaratkan jika gajah jantan siap kawin. Pada umumnya gajah jantan akan alami musth sesudah berusia sekitaran 12-15 tahun. Saat gajah jantan masuk masa musth bisa terjadi peralihan sikap, gairah makannya turun, pergerakannya lebih agresif dan sukai mengendus-ngendus dengan belalainya. Disamping itu terjadi peralihan fisik seperti kerap teteskan urin, penis kerap keluar dan dari dahinya keluarkan kelenjar bau menusuk.

Gajah betina dapat melahirkan anak sesudah berusia di atas 9-10 tahun. Umur kehamilan capai 22 bulan. Bayi gajah sumatera yang baru lahir berbobot badan sekitaran 40-80 kg dengan tinggi 75-100 cm. Bayi itu akan diasuh oleh induknya sampai berusia 18 bulan. Dalam 1x kehamilan umumnya ada satu bayi, tetapi pada beberapa kasus ada pula yang melahirkan sampai dua bayi. Jarak waktu antara kehamilan sekitar 4-4,lima tahun.15

Sikap sosial


Gajah sebagai hewan sosial yang hidup bergerombol. Barisan berperanan penting dalam jaga keberlangsungan hidup gajah. Jumlah anggota barisan benar-benar bervariatif. Bergantung pada keadaan sumber daya alam dan luas habitat. Gajah sumatera dapat diketemukan dalam barisan yang terbagi dalam 20-35 ekor, tapi ada juga temanan yang cuma 3 ekor saja. Tiap barisan dipegang oleh satu ekor betina. Dan yang jantan ada dalam barisan untuk masa tertentu saja. Gajah yang tua akan hidup pisahkan diri dari kelompoknya sampai pada akhirannya mati.16

Gajah sumatera benar-benar sensitif dengan bunyi-bunyian. Untuk lakukan perkawinan dan berkembang biak, gajah membutuhkan situasi yang tenang dan nyaman. Suara beberapa alat berat dan gergaji mesin benar-benar mengganggu pengembangbiakan gajah.17

Pemburuan Liar


Pemburuan liar jadi aspek terpenting pengurangan komunitas Gajah Sumatera. Aktivitas ini tidak terlepas dari status gading gajah sebagai komoditas berharga jual tinggi dalam perdagangan internasional, hingga pemburuan pada gajah ditujukan untuk ambil gadingnya selanjutnya dipasarkan kembali.

Oleh beberapa kolektor, gading gajah bisa diproses menjadi lagi aksesori yang berharga seni tinggi. Apa lagi realita jika derajat sosial seorang disaksikan dari tipe aksesori yang dipunyainya . Maka tidaklah heran bila banyak konsumen yang cari gading gajah dalam perdagangan internasional meskipun telah diilegalkan.

Oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora atau CITES yang disebut kesepakatan internasional untuk atur perdagangan spesies liar, Gajah Sumatera masuk ke satwa dengan status Appendix I. Status ini dikasih ke tipe spesies yang dilarang untuk diperjualbelikan berbentuk apa saja.

Setatus Pelindungan


IUCN

Di tahun 2011, IUCN memutuskan status pelestarian gajah sumatera ke kelompok Critically Endangered (CR). Maknanya, satwa ini ada diambang kemusnahan. Status CR ada cuma dua tingkat dari status musnah di alam liar dan musnah seutuhnya.18
Hukum Republik Indonesia

Status pelestarian gajah sumatera dalam mekanisme hukum di Indonesia terhitung satwa yang diproteksi oleh UU No.lima tahun 1990 dan PP 7/1999. Pelindungan diberi karena teror pada keberlangsungan hidupnya makin besar. Teror paling besar tiba karena rusaknya habitat karena berebutan dengan tempat perkebunan dan pertanian. Hingga kerap kali terjadi perselisihan dengan manusia. Teror lain karena pemburuan untuk diambil gadingnya.

Begitu sepintas informasi mengenai satwa Gajah yang sejauh ini ada bersebelahan dengan kehidupan kita, seyogyanya sebagai khalifah dari muka bumi ini kita sebaiknya berlaku arif dan punyai tanggung-jawab bersama dalam membuat perlindungan keberlangsungan hidup satwa ini… (Maman Suherman, A.Md, staff Rencana, Pelindungan dan Pengawetan Balai Besar TNBBS)

Nasib Gajah Sumatera di Bengkulu: Dicari, Dipandang Hama, Dirusak Komunitasnya


Stigma gajah sebagai hama masih memimpin pemicu kematian hewan ini. Beberapa warga membunuh gajah yang masuk ke permukiman warga karena dipandang menghancurkan kebun.

Kehadiran gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bengkulu semakin terancam. Mencuplik data dari Konsorsium Rentang Alam Seblat Bengkulu, sekarang ini komunitas gajah liar yang berada di daerah Seblat tinggal 50 ekor. Jumlah ini juga terus berkurang tiap tahun.

Anggota Konsorsium Rentang Alam Seblat, Ali Besar, menjelaskan pada tahun 1990-an komunitas gajah sempat sekitar di antara 100 sampai 150 sampai ekor. Pada sebuah dekade paling akhir angka kematian gajah yang terdaftar capai 16 ekor. Sementara periode waktu tahun 2018 sampai 2021, kembali diketemukan tiga ekor gajah mati.

"Banyaknya semakin berkurang. Sebagian besar kematian tidak alami bukan lantaran sakit, kebalikannya diracun, ditembak atau dicari untuk diambil gadingnya. Keadaan ini diperburuk dengan komunitasnya yang tertekan karena pembukaan tempat untuk perkebunan dan perambahan kayu," kata Ali pada DW Indonesia.

Gajah di Indonesia menyebar di 23 habitat yang berada di delapan propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Utara. Jumlah gajah di keseluruhnya habitat gajah di Indonesia, diprediksi ada di 1.087 - 1.606 ekor berdasar gabungan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Komunitas Pelestarian Gajah Indonesia (FKGI) di tahun 2019.

"Kami tidak punyai data yang mendalam, tapi pengurangan cepat terjadi di sejumlah kantong khusus di Sumatera seperti Riau, Jambi, Bengkulu dan Aceh," tutur Donny Gunaryadi dari FKGI. Dia menambah jika pada zaman tahun 1980-an komunitas gajah sumatera di Indonesia diprediksi sekitaran 2.800 sampai 4.800 ekor.

Gajah sumatera diputuskan sebagai satwa fokus sesuai SK Direktur Jenderal KSDAE nomor 180/IV-KKH/2015 mengenai Penentuan 25 Satwa Terancam Musnah Fokus untuk Dipertingkat Komunitasnya Sejumlah 10% pada Tahun 2015-2019.

Dipandang hama


Stigma gajah sebagai hama masih memimpin pemicu kematian gajah. Beberapa warga memutuskan untuk membunuh gajah yang masuk ke permukiman warga dan karena dipandang telahmerusak kebun. Ini diutarakan Anang Widiatmoko masyarakat Dusun Sukabaru Kecamatan Marga Sakti Seblat.

"Umumnya pada bulan tertentu gajah bergerak masuk ke dusun. Ini sempat terjadi di Air Rami dan Teramang Jaya. Waktu itu warga akan menyingkirkan gajah terkadang dengan api, atau bunyi-bunyian, karena gajah dipandang lawan, hama," tutur Anang.

Donny Gunaryadi dari FKGI menjelaskan jika semenjak tahun 2011 warga sudah diumumkan jangan membunuh gajah. Bila gajah masuk ke dusun, mereka harus usaha membawa gajah kembali masuk ke komunitasnya. "Umumnya panggil petugas yang piket untuk turun menolong," ucapnya.

Pemburuan memang masih jadi teror paling besar gajah susul pembunuhan gajah karena perselisihan tempat dan jerat-jerat yang mematikan pada gajah di komunitas yang terisolasi.

Komunitas dan tebaran gajah sumatera


Pawang gajah (mahout) Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet menerangkan mengenai satwa sangat jarang dan diproteksi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jinak pada sukarelawan Komunitas Wartawan Lingkungan (FJL) Aceh di Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (5/3/2022). Data yang didapat FJL Aceh mengatakan komunitas gajah sumatera sekarang ini sekitar 1.600 sampai 2.000 pribadi yang menyebar di propinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.

Gajah Sumatra nyaris musnah


Menurut IUCN Red Daftar, gajah Sumatera terhitung dalam kelompok critically endangered atau nyaris musnah. Komunitas sekarang ini tinggal sekitaran 2.800 ekor saja.

Pemicu gajah ini nyaris musnah ialah menyusutnya habitat gajah karena deforestasi dan pembunuhan liar untuk ambil gadingnya.

Membuat perlindungan komunitas gajah Sumatra dari kemusnahan, beragam penelitian sudah dilaksanakan. Disamping itu, pemerintahan berusaha untuk kurangi perselisihan gajah dan manusia, dan mempersiapkan taktik mitigasi untuk komunitas gajah Sumatra yang terus-menerus.






0 comments:

Post a Comment