Saturday, April 30, 2022

Komodo berkembang biak dengan cara?

 


Komodo ialah spesies biawak besar dan merupakan hewan purba era dinosaurus yang ada di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.Biawak ini oleh warga asli pulau Komodo dinamai di tempat ora.

Rumah komodo tidak menyebar di beberapa daerah karena karakter sang satwa tersebut. Kadal raksasa ini menurut National Geographic tidak sukai jauh dari rumah, tempat mereka lahir.

Tapi, opini itu berlawanan dengan riset Proceedings B of the Royal Society yang sudah memperhatikan sikap dan gerakan sang kadal raksasa sepanjang satu dasawarsa. Kenyataannya, mereka ialah hewan yang aktif bergerak dan dapat jalan sampai 7 mil tiap hari.

Riset ini mendapati jika sikap komodo yang kerasan di dalam rumah ialah naluri yang tersengaja, bukan lantaran malas bergerak atau buta arah. Mereka bisa kembali lagi ke tempat tinggalnya beberapa waktu selanjutnya, bila saja dipindah ke sisi ujung pulau dari komunitasnya.

Komodo sebagai spesies paling besar dari kerabata Varanidae, sekalian kadal paling besar di dunia, dengan rerata panjang 2-3 mtr. dan beratnya dapat capai 100 kg. Komodo sebagai pemangsa pucuk di komunitasnya karena selama ini tidak dikenali ada hewan karnivora besar lain selainnya biawak ini di sebarang geografisnya.

Badannya yang besar dan popularitasnya yang menakutkan membuat mereka menjadi satu diantara hewan terpopuler di dunia. Saat ini, habitat komodo yang sebenarnya sudah berkurang karena kegiatan manusia, hingga instansi IUCN masukkan komodo sebagai spesies yang rawan pada kemusnahan. Biawak komodo sudah diputuskan sebagai hewan yang diproteksi oleh pemerintahan Indonesia dan habitanya jadi taman nasional, yakni Taman Nasional Komodo, yang maksudnya dibangun membuat perlindungan mereka.

Cara Komodo Berkembang Biak


Musim kawin komodo umumnya berjalan di antara bulan Mei sampai Agustus. Sepanjang masa ini, komodo jantan kerap berkelahi dengan pejantan lain untuk merebutkan betina dan daerah kekuasaannya. Dua pejantan "bergelut" dengan jantan yang lain sekalian berdiri memakai kaki belakang lalu sama-sama menggerakkan dan memukul dengan kaki depan. Komodo yang kalah akan jatuh dan "terkunci" ke tanah. Ke-2 komodo jantan itu bisa muntah atau bab saat siap-siap untuk berkelahi.

Juara pertempuran akan menjulurkan lidah panjangnya dalam tubuh sang betina untuk menyaksikan akseptasi si betina.

Komodo ialah hewan yang lakukan pengembangbiakan secara ovipar atau bertelur di mana betinanya akan bertelur di sarangnya sekitar 15 s/d 30 telur. Periode inkubasi pada hewan ini berjalan di antara 8 sampai sembilan bulan. Kelahiran bayinya ialah saat yang penting karena mereka tidak memiliki daya menantang banyak predator yang berada di pulau Komodo.

Partenogenesis pada Komodo


Dari sisi proses reproduksi yang normal, ada banyak contoh kasus komodo betina hasilkan telur dan menetas meskipun tanpa kedatangan pejantan (partenogenesis), peristiwa yang dijumpai ada pada beberapa spesies reptil yang lain sama dalam Cnemidophorus (Burnie and Wilson 2010). Partenogenesis ialah wujud reproduksi aseksual di mana betina menghasilkan sel telur yang berkembang tanpa lewat proses fertilisasi. Di tanggal 20 Desember 2006, disampaikan jika Flora, komodo yang hidup di Kebun Binatang Chester, Inggris hasilkan telur tanpa fertilisasi. Dari 11 telur 7 salah satunya sukses menetas (BBC News 2006). Periset dari Kampus Liverpool di Inggris utara lakukan test genetika pada tiga telur yang tidak berhasil menetas sesudah dipindahkan ke inkubator, dan bisa dibuktikan jika Flora tidak mempunyai adu fisik dengan komodo jantan. Peristiwa itu sebagai contoh parthenogenesis pada komodo. Disebut jika pada 31 Januari 2008, Kebun Binatang Sedgwick County di Wichita, Kansas jadi kebun binatang yang pertama kalinya mendokumentasi partenogenesis pada komodo di Amerika. Kebun binatang ini mempunyai dua komodo betina dewasa, yang satu diantaranya hasilkan 17 butir telur pada 19-20 Mei 2007. Cuma dua telur yang diinkubasi dan ditetaskan karena masalah tersedianya ruang; yang pertama menetas pada 31 Januari 2008, dituruti oleh yang ke-2 pada 1 Februari. Ke-2 anak komodo itu berkelamin jantan (Sedgwick County Zoo 2008).

Komodo mempunyai mekanisme penetapan sex kromosomal ZW, bukan mekanisme penetapan sex XY sama dalam manusia. Turunan yang umumnya berkelamin jantan memperlihatkan berlangsungnya banyak hal. Jika telur yang tidak dibuahi memiliki sifat haploid pada awalnya dan melipatgandakan kromosomnya sendiri jadi diploid, seperti dapat terjadi bila salah satunya proses pembelahan-reduksi meiosis pada ovariumnya tidak berhasil. Saat komodo betina (mempunyai kromosom sex ZW) hasilkan anak dengan langkah ini, dia mewarisi cuma salah satunya dari pasangan-pasangan kromosom yang dimilikinya, terhitung satu dari 2 kromosom seksnya. Satu set kromosom tunggal ini selanjutnya diduplikasi dalam telur, yang berkembang secara partenogenesis. Telur yang terima kromosom Z bisa menjadi ZZ (jantan); dan yang terima kromosom W bisa menjadi WW dan tidak berhasil untuk berkembang (BBC News 2006).

Walau partenogenesis ini memiliki sifat memberikan keuntungan, kebun binatang perlu siaga kerena partenogenesis kemungkinan bisa kurangi keberagaman genetika (Wats et al. 2006).

0 comments:

Post a Comment